" Laras Perlaya " diambil dari kata bahasa sunda yang mempunyai makna " lagu kematian ". Tema yang diusung di album ini adalah bercerita tentang kematian dan hancurnya tatanan nilai-nilai kemanusian yang diakibatkan oleh makin menguatnya gerakan fundamentalisme dan fasisme yang mengatasnamakan agama, politik dan kekuasaan golongan tertentu. adalah kalimat ungkapan yang Gw ambil dari Omuniuum - small shop of reading and listening ( http://omuniuum.net ) untuk bisa mengungkapkan Apa yang ditulis pada album Ke-5 Bandung Brutal Death Metal populer ini, Yeah album terbaru Forgotten yang sekaligus memperkenalkan 2 Personil baru mereka, Rifki13 ( Drums ) dan Gitaris Gagan dari Band Beton. sebuah Bukti Eksistensi Forgotten ditengah kedewasaan bermusik mulai dibuktikan di album yang dikerjakan di Masterplan Recording Chamber Studio yang lalu di Finalize Mixing di Dialog Studio. hmmm mungkin kalau sekilas Gw menyimak Produksi album ini terdengar lebih Rapi dan Bersih dari segi sound jikalau Gw bandingkan dengan sebelumnya. langsung saja di mulai dengan " Bubuka " adalah sebuah Intro Tradisional Sunda yang memainkan kesenian tarawangsa dan beluk. dan lagi lagi Gw mengutip Istilah ini dari Omuniuum - small shop karena memang gw kurang begitu paham dengan Kesenian Sunda hahahaha, Di tanah Pasundan, keberadaan Tarawangsa lebih tua umurnya daripada rebab. Dalam naskah kuno Sewaka Darma (abad ke-18), menyebutkan Tarawangsa sebagai nama alat musik. Kesenian Tarawangsa dimainkan oleh dua instrument yaitu Tarawangsa dan Jentreng. Tarawangsa adalah sejenis alat musik gesek yang prinsip memainkannya mirip dengan alat musik rebab. Akan tetapi yang digesek hanya satu dawai, yakni dawai yang paling dekat kepada pemain sementara dawai yang satunya lagi dimainkan dengan cara dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri. Jentreng adalah sejenis kecapi kecil dengan tujuh dawai. Seniman yang dilibatkan adalah Kang Asep dan Kang Jaja dari daerah Ranca Kalong, Sumedang. Kesenian Tarawangsa biasanya ditampilkan pada upacara-upacara sakral tertentu yang berkaitan dengan pemujaan kepada alam dan arwah leluhur. Kata beluk berasal dari kata ba dan aluk. Ba artinya besar dan aluk artinya ‘gorowok’ atau dalam bahasa Indonesia `berteriak’. Berbeda dengan “nembang” atau seni suara yang lainnya, kesenian Beluk tidak ‘menembangkan’ atau menyanyikan syair yang digunakan, tetapi hanya membaca dengan memainkan tinggi-rendahnya frekuensi suara. Seni Beluk merupakan sajian sekar berirama bebas atau merdeka. Salah seorang maestro Beluk yang dilibatkan adalah Mang Ayi yang berasal dari kota Subang, Jawa Barat. Syair yang dilantunkan adalah jenis Wawacan (hikayat/cerita) yang dibawakan seperti kita jumpai dalam berbagai pupuh mulai dari pembukaan sampai pada penutupan seperti: Pupuh Kinanti, Asmaradana, Pucung, Dangdanggula, Balabak, Magatru, Mijil, Ladrang, dan sebagainya. Jenis wawacan yang disampaikan juru beluk tergantung apa yang dikuasainya seperti Babar Nabi, Barjah, Amungsari, Jayalalana, Natasukma, Mahabarata, Mundinglaya, Lutung Kasarung, Ciung Wanara, dan sebagainya. Menurut Mang Ayi seni beluk di daerah Subang pada awalnya digunakan untuk memberikan perintah pada kerbau ketika membajak sawah. Para petani jaman dahulu ketika membajak sawah biasanya melantunkan beluk untuk mengarahkan laju dan gerakan kerbau. nah udah tau khan ( Termasuk Gw ) hehehehehe... untuk menggambarkan istilah dan pengertian ini. langsung diterjang dengan " Hajar Jalanan ", kita bisa langsung merasakan Kualitas bermain Forgotten yang semakin matang dan dewasa. Sound Gitar yang terdengar Bersih dari kesan Distorsi Tajam di Album2 Forgotten sebelumnya sudah tidak terasakan disini, dan Permainan Riff Toteng terdengar lebih kalem dan Ga seliar sebelumnya hehehehe, tapi masih menghadirkan Technical Riffing yang Menghantam !! dan Kehadiran Gitaris Gagan Rupanya terasa Kompak Mengisi, lalu Gempuran Drumming Rifki13 lumayan Padat dan Berat namun tetap belum bisa Disandingkan dengan gaya Liar Drummer Andris, Pukulan Rifki13 memang kerap menorehkan Irama2 Progressif, dan terasa juga Karakter dan semangat Bernyanyi Addy Gembel lebih tertata disini, hmmm sebuah Kemajuan yang luar biasa deh buat Mereka ini hehehehe, tapi kayaknya gw tetep seneng ma Karakter Mereka sebelumnya yang lebih Terdengar " LIAR ". " Dirajam Luka " juga memiliki Struktur musik yang bagus, masih dengan sentuhan Tajam gaya Malevolent Creation Era Album " The Fine Art Of Murder ", Lirik lirik Keras dan Sarkatis sepertinya masih menjadi Senjata Konvensional Bagi Forgotten untuk melepaskan Imej utamanya, jelas ini bukan omong kosong dan tampil ngeri aja, karena Gw Yakin Addy Gembel punya Alasan kuat untuk Menjabarkan Inti Liriknya itu dengan Kehidupan Nyata. lalu " Laras Perlaya " kembali Forgotten menambahkan beberapa Sampling Alat Tradisional Sunda pada beberapa Part-nya, sehingga nuansa Lagu ini menjadi lebih hidup dan Gelap ! kereeen !!! itu yang bisa Gw Transkripkan disini. Kemudian " Trias Demonica " Menyuguhkan beberapa Eksplorasi Riffing yang Konvensional, kekuatan track ini lebih terasa Dinamis serta menendang dengan beberapa Sentuhan Teknikal part yang menggebu gebu. hingga Track akhir " Pusara Beku " yang di aransemen ulang dari album " Obsesi Mati " Menjadi terasa lebih jahat melalui beberapa sentuhan Forgotten sekarang lengkap dengan alat Tradisional Sunda. well secara keseluruhan ini adalah sebuah album yang sempurna bagi perjalanan karir Forgotten, melalui Produksi yang lebih Profesional dan menjanjikan akan memanjakan Fans Forgotten. dan sekali lagi ini adalah Karya Excellent yang kembali dilahirkan oleh Forgotten biarpun sedikit Jauh dari kesan Musik Metal Liar yang sudah melekat pada Musikalitas mereka, Dalam pengemasan album ini juga ikut disertakan sebuah novel yang dilengkapi dengan ilustrasi engraving karya Dinan Art yang memberikan penjabaran terhadap setiap makna lirik yang sarat dengan kalimat sarkas. wajib menjadi Bagian Koleksi Album Forgotten kalian.
0 Komentar